Midwifery
Rabu, 08 Oktober 2014
Midwifery: ASKEB ENDOMETRIOSIS
Midwifery: ASKEB ENDOMETRIOSIS: MAKALAH KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI ASUHAN KEBIDANAN ENDOMETRIOSIS DOSEN PEMBIMBING RINI PATRONI,SST,M.Kes DISUSUN OLEH Di...
Midwifery: ASKEB ASFIKSIA NEONATORUM
Midwifery: ASKEB ASFIKSIA NEONATORUM: MAKALAH ASKEB NEONATUS,ANAK,BALITA DAN PRA SEKOLAH ASFIKSIA NEONATORUM DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 Clementin Riski Haloho ...
Jumat, 12 September 2014
LAGU APN
LAGU ASUHAN PERSALINAN NORMAL
( APN )
TANDA
GEJALA KALA II
Do-ran,
tek-nus, per-jol, vul-ka
SIAPKAN
ALAT SIAPKAN DIRI
Celemek,
cuci, sarung, oksi
PASTIKAN
PEMBUKAAN LENGKAP
Bersih,
PD, celup, DJJ
SIAP
IBU DAN KELUARGA
Beritahu
ibu bapak
PIMPINAN
IBU NTUK MENERAN
2,3,1
langkah
SIAP
SIAP UNTUK MENOLONG
Handuk,
bokong, buka sarung
TOLONG
KEPALA, BAHU, BADAN
3,1,2,
langkah
PENANGANAN
BAYI BARU LAHIR
2,3,2,2
langkah
MANAJEMEN
AFTIP KALA III
Ini
materi utama
PTT,
PLASENTA, MASSAGE
3,2,1,
PERDARAHAN
SEGERA PERIKSA
Plasenta
dan robekan
PASCA
TINDAKAN TUJUH BELAS
Empat,
eval, bersih, aman, parto
Senin, 08 September 2014
ASKEB ASFIKSIA NEONATORUM
MAKALAH ASKEB NEONATUS,ANAK,BALITA DAN PRA
SEKOLAH
ASFIKSIA NEONATORUM
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK 1
Clementin
Riski Haloho
Widiya Yulia
Nengsih
Dosen
Pembimbing : Ns. Yusniarita , S.Kep, M.Kes
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN
KEBIDANAN
T.A.
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dari kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas
makalah Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah “Asfiksia pada
neonatus” dengan baik..
Tugas makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.
Tujuan lain penyusunan tugas ini adalah supaya para pembacanya dapat memahami
dan mengerti pentingnya mengetahui tentang arti antisipasi dalam menangani
persalinan ketika bayi lahir.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Yang utama kami mengucapakan terima kasih kepada Bunda
Yusniarita selaku dosen mata kuliah Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami
sebagai penulis pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bisa
membangun demi perbaikan kearah sempurna. Kami mengucapkan terima kasih.
Curup, September 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan perkembangan bayi
periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat menyebabkan
kesakitan dan kematian bayi (Saifudin, 2002).
Menurut Wibawa (2008), faktor yang
berhubungan terjadinya asfiksia adalah faktor ibu dan faktor janin. Dimana
faktor ibu meliputi usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
pre-eklamsi, ketuban pecah dini, dan partus lama. Faktor janin meliputi lilitan
tali pusat, letak sungsang, dan BBLR. Sedangkan menurut Manuaba (2010), ada 8 faktor
yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum, yaitu berat lahir
rendah, ketuban pecah dini, persalinan lama, tindakan persalinan seksio
Cesaria, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat
obstetri jelek, kelainan letak janin dan status ANC buruk.
Menurut WHO, setiap
tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia,
hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian
bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap
6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di
Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir,
tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang
aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru
lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal
atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk
menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus
digunakan setiap kali menolong persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan
kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh
setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, adapun masalah yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
konsep dasar teori dari Asfiksia Neonatorum?
2. Bagaimanakah
tata laksana dari Asfiksia Neonatorum ?
3. Bagaimanakah
askeb Asfiksia Neonatorum ?
3.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah, untuk :
1. Dapat
memahami konsep dasar teori dari
Asfiksia Neonatorum (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,cara menilai serta
cara mencegah asfiksia pada neonatus)
2. Dapat
mengetahui tata laksana dari Asfiksia
Neonatorum
3. Dapat
memahami askeb Asfiksia Neonatorum
4.
Manfaat
1. Bagi
Mahasiswi
Dapat
memahami dan menambah pengetahuannya mengenai penyulit yang sering terjadi pada
bayi baru lahir yaitu asfiksia, diharapkan mahasiswi dapat menanganinya dalam
lingkungan masyarakat.
2. Bagi
Pengajar
Dapat
memberi masukan atau wawasan terbaru dan luas kepada mahsiswinya mengenai
penyulit pada bayi baru lahir.
3. Bagi
Petugas Kesehatan
Dapat melakukan proses persalinan dengan penuh
hati-hati, yaitu untuk mengurangi asfiksia pada neonatus ketika bayi lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Teori
1.
Definisi
Asfiksia
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).
Asfiksia
neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Wiknjosastro, 2002).
2.
Etiologi
/ Penyebab Asfiksia
Beberapa
kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia
bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi
asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor
ibu, tali pusat clan bayi berikut ini (Manuaba, 2010) :
a. Faktor
ibu
· Preeklampsia
dan eklampsia
· Pendarahan
abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
· Partus
lama atau partus macet
· Demam
selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
· Kehamilan
Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor
Tali Pusat
·
Lilitan tali pusat
·
Tali pusat pendek
·
Simpul tali pusat
·
Prolapsus tali pusat
c. Faktor
Bayi
· Bayi
prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
· Persalinan
dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
· Kelainan
bawaan (kongenital)
· Air
ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus
mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia.
Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan
dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.
Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh
karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap
pertolongan persalinan.
3.
Perubahan
Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan
spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan
atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan
frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi
bradikardi dan penurunan TD. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme
dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama
hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya :
a. Hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
b. Terjadinya
asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung
c. Pengisian
udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem
sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan (Buku Ajar IKA ,2005).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia (Sarwono,
2002) :
a.
Tidak bernafas atau
bernafas megap-megap
b.
Warna kulit kebiruan
c.
Kejang
d.
Penurunan kesadaran
e.
DJJ lebih dari
16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
f.
Mekonium dalam air
ketuban pada janin letak kepala
4.
Diagnosis
Asfiksia
yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia
janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu (Wiknjosastro, 2008)
:
a. Denyut
jantung janin
Peningkatan
kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila
frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih
jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
b. Mekonium
dalam air ketuban
Mekonium
pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala
mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium
dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah
c. Pemeriksaan
pH darah janin
Dengan
menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada
kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah
7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai
asfiksia.
5. Penilaian Asfiksia pada
Bayi Baru Lahir
Aspek
yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan
tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu (Winkjosastro,G. 2008) :
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu (Winkjosastro,G. 2008) :
a. Penafasan
b. Denyut
jantung
c. Warna
kulit
Nilai
apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).
Skor
|
0
|
1
|
2
|
A : Apperance (Warna Kulit)
|
Biru Seluruh
|
Ekstremitas Kebiruan
|
Merah Seluruh
|
P : Pulse
(Denyut Nadi)
|
Tidak ada
|
< 100
|
>100
|
G : Grimace (Reflek)
|
Tidak Ada Respon
|
Reflek
|
Menangis
|
A :
Activity (Tonus Otot)
|
Lemah
|
Sedikit Reflek
|
Gerak Aktif
|
R :
Respiration (pernafasan)
|
Tidak ada
|
Megap-Megap,Merintih
|
Menangis Kuat
|
Klasifikasi
Asfiksia menurut Winjaksastro terbagi tiga :
a. Bayi Normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10.
Bayi normal tidak memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara
terkendali.
b. Asfiksia
Ringan : Skor APGAR 5-7.
Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa tidak memerlukan pemberian oksigen dan tindakan
resusitasi
c. Asfiksia
Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang
baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan
resusitasi serta pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal
d. Asfisia
Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan
pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu
diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan , dan
cairan glukosa 40% 1-2ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilika . Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Karakteristik
|
Kelompok
Asidosis Berat
|
Kelompok
Asidosis Ringan
|
Berat Lahir (gram)
|
2.898 ± 365,6
|
3.032 ± 354,5
|
Jenis Kelamin Bayi
Laki-Laki
Perempuan
|
14 (44)
18 (56)
|
15 (48)
16 (52)
|
Analisa Gas Darah
pH
pO2
pCO2
Base Excess
|
7,09 ± 0,1
177,22 ± 77,14
26,84 ± 9,73
- 14,96 ± 4,39
|
7,24 ± 0,4
181,94 ± 70,61
24,68 ± 6,38
- 12,74 ± 3,52
|
Kadar Ureum Hari ke 4 (mg/dL)
|
26,69±11,8
|
27,06 ± 12,9
|
Kadar Kreatini Hari ke 4 (mg/dL)
|
1,09±0,5
|
0,89 ± 0,5
|
6.
Persiapan
Alat Resusitasi
Sebelum
menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :
a. 2
helai kain / handuk.
b. Bahan
ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk
kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi.
c. Alat
penghisap lendir de lee atau bola karet.
d. Tabung
dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
e. Kotak
alat resusitasi.
f. Jam
atau pencatat waktu.
7. Penanganan Asfiksia
pada Bayi Baru Lahir
Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :
a.
Memastikan saluran
terbuka
·
Meletakkan bayi dalam
posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
·
Menghisap mulut, hidung
dan kadang trachea.
·
Bila perlu masukkan
pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
b.
Memulai pernafasan
o Memakai
rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
·
Memakai VTP bila perlu
seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari
paparan infeksi).
c.
Mempertahankan
sirkulasi
·
Rangsangan dan
pertahankan sirkulasi darah dengan cara
·
Kompresi dada.
·
Pengobatan
8. Persiapan resusitasi
Agar
tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua
faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
a.
Mengantisipasi
kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa
diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat
diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum
b.
Mempersiapkan alat dan
tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :
·
Alat pemanas siap pakai
·
Alat penghisap
·
Alat sungkup dan balon
resusitasi
·
Oksigen
·
Alat intubasi
·
Obat-obatan
Prinsip-prinsip
resusitasi yang efektif :
a.
Tenaga kesehatan yang
slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang
hadir pada setiap persalinan.
b.
Tenaga kesehatan di
kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi
juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
c.
Tenaga kesehatan yang terlibat
dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
d.
Prosedur resusitasi
harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus
atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien
e.
Segera seorang bayi
memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.
9. Langkah-Langkah
Resusitasi
Menurut Sarwono (2002), Resusitasi neonatus merupakan
suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernafas secara
spontan.
a.
Letakkan bayi di
lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi
untuk mengurangi evaporasi.
b.
Sisihkan kain yang
basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
c.
Ganjal bahu dengan kain
setinggi 1 cm (snifing positor).
d.
Hisap lendir dengan penghisap
lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke
hidung.
e.
Lakukan rangsangan
taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
f.
Nilai pernafasanJika
nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan
10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis
penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x
/ menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
· Jika
pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
· Ventilasi
tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker,
masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak
ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
· Setelah
30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
g.
Lakukan penilaian
denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada
h.
Denyut jantung
80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung >
100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
i.
Jika denyut jantung 0
atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 –
0,3 mL / kg BB secara IV
j.
Lakukan penilaian
denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat
k.
Jika denyut jantung
< 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5
menit.
l.
Lakukan penilaian
denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan
tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama
2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BAYI NY. K UMUR 0 MENIT DENGAN
ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD
Tanggal Masuk / Jam : 16 Juli 2011/ 14.45 WIB
Tanggal Pengkajian / Jam : 16
Juli 2014/14.45 WIB
I.
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian / Jam : 16
Juli 2014/14.45 WIB
A. Data
Subyektif
1.
Biodata
·
Biodata Bayi
Nama bayi : By Ny.K
Umur bayi : 0 menit
Tanggal/jam
lahir : 16 Juli 2011 / 14.45 WIB
Jenis
kelamin : Laki-laki
No Status
Register : 007296
·
Biodata Orangtua
Nama
ibu : Ny.K
Nama bapak : Tn.T
Umur
: 35 tahun
Umur
: 34 tahun
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia Suku/bangsa : Jawa /
Indonesia
Agama
:
Islam
Agama
: Islam
Pekerjaan
:
IRT Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Alamat :
Pucang Sawit, RT 4 / RW 8,Surakarta
2.
Riwayat penyakit kehamilan
Perdarahan
: Tidak ada
Pre-eklampsia
: Tidak ada
Eklampsia
: Tidak ada
Penyakit
kelamin : Tidak ada
3.
Riwayat kehamilan
G4P3A0,
umur kehamilan 40 minggu
ANC : 9 x, di Puskesmas
TT : 2 x
Kenaikan BB : 10 kg
4.
Riwayat Persalinan
·
Kala I : 9
jam
·
Kala II : 10
menit, mulai jam 14.35 WIB
DJJ :
(+) 144 kali / menit
Warna air
ketuban : Jernih
Caput : Tidak
ada
Cephal hematoma : Tidak ada
Anak lahir
seluruhnya jam : 14.45 WIB
Jenis
persalinan : Spontan
5.
Nutrisi
Bayi belum
mendapat nutrisi
6.
Eliminasi
BAK : Bayi belum BAK
BAB : Bayi belum BAB
7.
Istirahat/tidur
Bayi belum
istirahat/tidur
B. Data
Obyektif
1.
Pemeriksaan Awal
Tangisan : Bayi tidak menangis
Warna Kulit : Biru pada ekstermitas
Gerakan : Sedikit
Kesimpulan : Bayi lemah
2.
Pemeriksaan Umum
KU : Lemah
Kesadaran : Composmentis
II.
INTERPRETASI DATA
Tanggal Pengkajian / Jam : 16
Juli 2014/14.45 WIB
A. Diagnosa
Kebidanan
Bayi Ny.K
umur 0 menit dengan asfiksia sedang
DS
: Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-laki
DO
: Keadaan umum lemah, biru pada ekstermitas, bayi tidak bernafas
spontan/menangis
B. Masalah
Bayi mengalami
kesulitan bernafas
C. Kebutuhan
Pembebasan
jalan nafas
III.
DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial
terjadi asfiksia berat
IV.
ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Resusitasi
pada bayi baru lahir
V.
PERENCANAAN TINDAKAN
Tanggal Pengkajian / Jam : 16
Juli 2014/14.45 WIB
1.
Bersihkan muka dan hidung bayi serta mulut dari lendir
atau air ketuban
2.
Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir
3.
Lakukan pemotongan tali pusat
4.
Jaga kehangatan bayi
5.
Informasikan keadaan bayi pada ibu
VI.
PELAKSANAAN
Tanggal Pengkajian / Jam : 16
Juli 2014/14.45 WIB
1.
Membersihkan muka, hidung dan mulut bayi dari lendir
dan air ketuban
2.
Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
Langkah-langkah
resusitasi :
a. Gosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi
untuk menangis. Melihat respon bayi (bayi belum menangis).
b. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak
kaki bayi. Melihat respon bayi (bayi menangis lambat, tidak teratur)
c.
Lakukan kompresi dada untuk membantu denyut jantung
dan nafas bayi, dilakukan dengan cara : kedua ibu jari digunakan untuk menekan
sternum, sementara jari-jari lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan
telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk kompresi, sementara tangan lain
menahan punggung bayi. Sternum di kompresi sedalam ⅓ tebal antero posterior
dada. Melihat respon bayi (bayi menangis keras).
d.
Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem
menggunakan umbilical klem, dorong isi tali pusat ke arah plasenta ± 3 cm, klem
menggunakan klem tali pusat, potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat.
Tutup tali pusat menggunakan kassa steril.
e.
Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi
menggunakan kain yang kering
f. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu bahwa bayi
mengalami kesulitan bernafas atau asfiksia sedang dan setelah di tolong, bayi
dapat menangis spontan.
VII.
EVALUASI
Tanggal Pengkajian / Jam : 16
Juli 2014/14.45 WIB
1.
Muka, hidung dan mulut bayi sudah dibersihkan
2.
Resusitasi pada bayi baru lahir sudah dilakukan dengan
hasil, bayi baru dapat menangis keras setelah dilakukan resusitasi.
3.
Tali pusat sudah dipotong
4.
Kehangatan bayi terjagadengan menyelimuti bayi
menggunakan kain kering
5.
Ibu sudah mengetahui keadaan setelah mengalami
asfiksia, kini keadaan bayi baik-baik saja.
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal / Jam : 16 Juli 2011/15.00 WIB
S : Tidak ada
O : Pemeriksaan umum : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
Nadi : 136
kali / menit
Respirasi : 52
kali / menit
Suhu :
36,8°C
Pemeriksaan Fisik : APGAR Score
APGAR SCORE
|
0
|
1
|
2
|
1’
|
5’
|
10’
|
A : Apperance
Warna kulit
|
Biru/pucat
|
Tubuh merah,
ekstermitas biru
|
Kemerahan
|
1
|
2
|
2
|
P : Pulse
Denyut jantung
|
Tidak ada
|
< 100
|
>100
|
1
|
2
|
2
|
G : Grimace
Peka rangsang
|
Tidak ada
|
Meringis
|
Menangis
|
1
|
1
|
1
|
A : Activty
Tonus otot
|
Lemah
|
Sedang
|
Gerak
aktif
|
1
|
1
|
2
|
R : Respiration
Usaha nafas
|
Tidak ada
|
Tidak teratur
|
baik
|
1
|
2
|
2
|
TOTAL
|
5
|
8
|
9
|
A : Bayi Ny.K umur 15 menit
normal
P
:
1.
Jaga Kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi, bayi
telah mendapat kehangatan yang cukup dengan indicator suhu bayi : 36,8°C
2.
Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi, melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi
a.
Kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, UUB lunak,datar, berdenyut
Muka :
Tidak pucat, tidak odem, simetris
Mata :
Simetris, conjungtiva : merah, sclera : putih
Hidung : Bersih, tidak ada secret
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : Simetris, tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
b.
Dada
Bentuk : Simetris, tidak ada retraksi
dinding dada
Putting : Ada, simetris, masih tenggelam
Bunyi nafas : Tidak ada wheezing, ronchi sedikit
terdengar
Jantung : Bunyi normal, denyut
teratur
c.
Abdomen
Tidak ada
pembesaran lien dan hati
d.
Genetalia
Testis sudah
masuk scrotum, penis berlubang, ujung muara uretra berada di ujung penis, tidak
ada kelainan.
e.
Anus :
Berlubang
f.
Ekstermitas
·
Tangan, lengan dan bahu
Gerakan : Aktif
Kelainan : Tidak ada
Jumlah jari : Lengkap (kanan 5, kiri 5)
·
Tungkai dan kaki
Gerakan : Aktif
Kelainan : Tidak ada
g.
Pemeriksaan fisik sudah dilakukan
3.
Lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi, melakukan
antropometri pada bayi :
a. BB
: 2700 gr
b. PB
: 46 cm
|
c. LK
: 34 cm
d.
LD : 33 cm
|
4.
Amati reflek pada bayi, mengamati reflek pada bayi
a.
Reflek Blinking :
(+) menutup kedua matanya begitu terkena
kilatan cahaya/bila terkena hembusan udara
b.
Reflek Moro :
(+) tangan bayi membentuk huruf C seperti
memeluk saat dikagetkan
c.
Reflek Rooting :
(+) bayi menoleh kearah benda yang
menyentuh pipinya
d.
Reflek Grasping :
(+) tangan menggenggam ketika sesuatu
menyentuh telapak tangannya
5.
Berikan obat tetes mata pada bayi, memberikan obat
tetes mata berupa cloramfenicol masing-masing 1 tetes, obat tetes mata sudah
diberikan.
6.
Berikan injeksi vit K pada bayi, memberikan injeksi
vit K dengan dosis 1 mg secara IM pada ⅓ paha atas bagian luar, injeksi vit K
sudah diberikan.
7.
Observasi KU, TTV, BAB, dan BAK bayi setiap 8 jam,
mengobservasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam.
Tanggal/jam
|
KU
|
TTV
|
BAB
|
BAK
|
16 Juli
2011
18.00 WIB
|
Baik
|
N :136 x/m
R :
50 x/m
S
: 37°C
|
(+) meconium
|
(+)
|
8.
Mandikan bayi setelah 6 jam, memandikan bayi stelah 6
jam. Bayi belum dimandikan.
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal / Jam : 17 Juli 2011 / 06.00 WIB
S :
1.
Ibu mengatakan bayi sudah menyusu kuat
2.
Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK
O : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
Nadi :
136 kali / menit
Respirasi :
4o kali / menit
Suhu :
36,7°C
A : Bayi Ny.K umur 1 hari
normal
P
:
1.
Jaga kebersihan bayi, menjaga kebersihan bayi dengan
memandikan bayi 2x/hari, bayi sudah dimandikan pukul 06.00 wib.
2.
Lakukan perawatan tali pusat, melakukan perawatan tali
pusat yaitu dengan mengganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril
minimal 2x/hari tanpa memberikan obat apapun ( misalnya betadine atau alcohol)
dan menjaga tali pusat agar tetap kering. Perawatan tali pusat sudah dilakukan.
3.
Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir,
memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu keluar darah dari tali
pusat, tali pusat mengeluarkan nanah dan berbau busuk, bayi demam tinggi, kulit
tubuh bayi kuning, bayi tidak mau menyusu dan rewel. Ibu sudah mengerti tanda
bahaya bayi baru lahir.
4.
Jaga kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan
cara memakaikan pakaian kering dan bersih pada bayi serta menggedong bayi.
Kehangatan bayi sudah terjaga, bayi sudah digedong.
5.
Beritahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo),
memberitahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo). Ibu bersedia mengimunisasikan
bayinya, bayi sudah di imunisasi HBo pukul 08.30 WIB
6.
Anjurkan ibu menyusui secara tidak terjadwal sesering
mungkin (on demand) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, menganjurkan ibu
menyusui bayinya secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand) untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Ibu bersedia menyusui bayinya secara tidak
terjadwal sesering mungkin untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Bayi sudah
disusui, kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.
7.
Observasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam,
mengobservasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam.
Tanggal /
Jam
|
KU
|
TTV
|
BAB
|
BAK
|
17 Juli
2011
06.00 WIB
|
Baik
|
N : 136x/m
R : 40x/m
S : 36,7°C
|
(+)meco
|
(+)
|
12.00 WIB
|
Baik
|
N : 140x/m
R : 48x/m
S : 36,8°C
|
(+)meco
|
(+)
|
18.00 WIB
|
Baik
|
N : 140x/m
R : 40x/m
S : 36,7°C
|
(+)meco
|
(+)
|
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal / Jam : 18 Juli 2011 / 06.00 WIB
S
:
1.
Ibu mengatakan bayi mau menyusu
2.
Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK
O : Keadaan Umum : Baik
Kesadaraan :
Composmentis
Nadi :
140 kali / menit
Pernapasan :
40 kali / menit
Suhu :
36,6°C
A : Bayi Ny.K umur 2 hari
normal
P :
1.
Mandikan bayi, memandikan bayi, bayi sudah dimandikan.
2.
Ajari ibu cara merawat tali pusat bayi, mengajari ibu
cara merawat tali pusat bayi yaitu, dengan memngganti pembungkus tali pusat
menggunakan kassa steril minimal 2x/hari tanpa membubuhi obat misalnya betadine
atau alcohol. Ibu sudah mengerti cara merawat tali pusat.
3.
Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi,
menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi. Ibu bersedia untuk
selalu menjaga kehangatan bayi.
4.
Anjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif,
menganjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif yaitu, memberikan makanan berupa
ASI saja pada bayi tanpa makanan pendamping apapun selama 6 bulan dan pemberian
ASI diteruskan sampai usia bayi 2 tahun. Ibu bersedia menyusui dengan ASI
Eksklusif.
5.
Anjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi
selanjutnya di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya
dengan lengkap. Menganjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi
selanjutnya di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya
dengan lengkap. Ibu bersedia meneruskan jadwal imunisasi dan mengimunisasikan
bayinya secara lengkap.
6.
Anjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1
minggu lagi setelah pulang. Menganjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi
1 minggu lagi setelah pulang. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang untuk
control bayi 1 minggu lagi setelah pulang.
7.
Setelah menyelesaikan administrasi, ibu dan bayi
pulang pada tanggal 18 juli 2011 jam 14.30 WIB.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia
Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.
Tindakan
untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul.
B. Saran
Setelah pembaca
mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia neonatorum, diharapkan
pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia neonatorum dan dapat
melakukan pencegahan serta memahami tindakan pengobatan yang dapat dilakukan
pada bayi dengan asfiksia neonatorum.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. EGC:Jakarta
Purwadianto. A. 2000. Kedaruratan Medik. Bina Rupa Aksara:Jakarta
Saifudin,A.B.
2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:Jakarta
Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo: Jakarta
Winkjosastro,G.
2008. Asuhan Persalinan Normal. Bakti
Husada:Jakarta
Wong. L Donna. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1.
Kedokteran. Jakarta:EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)